Rumah Adat Makassar

08.05 Edit This 0 Comments »


Dalam masyarakat tradisional Sulawesi Selatan, segala sesuatu yang menyangkut kehidupan masyarakat dilakukan menurut adat istiadat, dengan demikian adat menjadi semacam pedoman dalam bertindak yang menguasai pola kehidupan masyarakat, baik dalam tingkah laku, maupun dalam tata cara membangun rumah di dalam lingkungan alam sekitarnya.
Tata cara pembuatan rumah dalam konsep arsitektur tradisional biasanya merujuk pesan, wasiat yang bersumber dari kepercayaan yang dianut, mulai dari pemilihan tempat, bentuk arsitekturnya, upacara ritual ketika membangun, sampai pada penentuan arah perletakan rumah.
Secara konsepsual arsitektur, masyarakat tradisional Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar) berangkat dari suatu pandangan hidup ontologis, memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup masyarakat tradisional Bugis Makassar yang disebut sulapa appa, menunjukkan upaya untuk menyempurnakan diri, filosofi ini menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segi empat, yang merupakan mitos asal kejadian manusia yang terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan angin.
Bagi masyarakat tradisional Bugis Makassar yang berpikir secara fotolitas, rumah tradisional Bugis Makassar dipengaruhi oleh: Struktur kosmos, di mana alam terbagi atas tiga bagian yaitu alam atas sebagai tempat suci, alam tengah, sebagai tempat berlangsungnya kehidupan manusia, dan alam bawah, tempat terjadinya interaksi dengan lingkungan sekitar dan makhluk hidup lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosesi mendirikan rumah antara lain: meminta pertimbangan dari panrita bola untuk mencari tempat dan arah yang dianggap baik. Beberapa wasiat dalam hal menentukan arah rumah yaitu: sebaiknya menghadap kearah terbitnya matahari, menghadap kedataran tinggi, dan menghadap ke salah satu arah mata angin.
Selain itu salah satu faktor pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan adalah pemilihan waktu untuk mendirikan rumah. Adapun hari ataupun bulan yang baik biasanya ditentukan atas bantuan orang-orang yang memiliki kepandaian dalam hal memilih waktu.
Untuk pendirian rumah, biasanya didahului oleh upacara ritual, yang pada tahap selanjutnya secara berurutan mulai mendirikan rumah dengan mengerjakan tiang pusat rumah (posi'bola) terlebih dahulu, menyusul tiang tiang yang lain, hingga pekerjaan secara keseluruhan selesai dikerjakan.
Seperti kebanyakan rumah tradisional di Indonesia, rumah Bugis Makassar juga dipengaruhi oleh adanya strata sosial penghuninya. Rumah tradisional Bugis Makassar pada dasarnya terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Rumah Kaum Bangsawan Arung atau Karaeng. Untuk rumah bangsawan yang memegang jabatan, pada puncak rumah induk terdiri dari tiga atau lebih sambulayang /timpalaja. Jumlah tiang ke samping dan ke belakang 5 - 6 buah, sedang untuk bangsawan biasa jumlah tiang ke samping dan ke belakang 4 -5 tiang. 2. Rumah Orang Kebanyakan Tosama, terdiri dari 4 buah tiang kesamping dan kebelakang, puncak sambulayang/timpalaja hanya dua susun. 3. Rumah Hamba Sahaja Ata atau Suro, bentuk dengan ukuran yang lebih kecil, biasanya hanya tiga petak, dengan sambulayang/timpalaja yang polos.

Coto Makassar

07.56 Edit This 0 Comments »

Coto Makassar atau Coto Mangkasara adalah makanan tradisional
Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dimakan dengan ketupat dan "burasa". Saat ini Coto Mangkasara sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga restoran

Kedai Losari

07.53 Edit This 0 Comments »
K E D A I L O S A R I

" Coto Makassar, Sop Konro, Sop Saudara,
Es Pisang Ijo, Es Pallubutung "


PUSAT : JL. KALIURANG KM 6,8 (BARAT SQUARE NET) YOGYAKARTA

telp. 0274 7418013

CABANG : JL. AFFANDI NO. 1 (BARAT SELOKAN MATARAM GEJAYAN) YOGYAKARTA

telp. 0274 543053

Resep Es Pisang Ijo

07.40 Edit This 0 Comments »


Bahan :

6 buah Pisang raja besar (kukus dengan kulitnya)
150 gr Tepung beras
50 gr Tepung terigu
50 gr Tepung sagu tani
Garam secukupnya
80 gr Gula pasir
200 ml Santan kara + 225 air
Sirup cocopandan
Es serut
12 lembar daun pandan + 12 lembar daun suji, potong kecil-kecil, blender dengan 50 ml air, peras, ambil airnya

Saus :

200 ml Santan kara + 100 ml air
75 gr Gula pasir
½ sdm Tepung beras
2 lbr Daun pandan

Cara membuat :

* Campur tepung beras, terigu, gula pasir, santan dan air daun suji. Kukus 15 menit. Angkat biarkan agak hangat.
* Uleni adonan sampai tercampur rata.
* Letakkan diatas plastic dan tipiskan dengan gilingan.
* Kupas pisang dan bugkus dengan adonan kulit dan bentuk seperti pisang, kukus hingga matang.
* Campur semua bahan saus, masak hingga mendidih.

Selamat Mencoba...

Pakaian Adat Makassar "Baju Bodo"

18.04 Edit This 0 Comments »

Malabbiri memang tongngi
Tulolona Sulawesi
Mabbaji ampe mabbaji ampe
Alusu’ ri pangadakang

Tulolona Sulawesi..
Tulolona Sulawesi..

Malabbiri memang tongngi
Tulolona sulawesi
Mabbaju bodo mabbaju bodo
Nakingking lipa’ sabbena..

[Lagu daerah Sulawesi Selatan : Tulolona Sulawesi]

Sepenggal lirik lagu yang menggambarkan seorang dara mengenakan baju bodo dan lipa’ sabbe.

Baju bodo adalah baju adat Bugis-Makassar yang dikenakan oleh perempuan. Sedangkan Lipa’ sabbe adalah sarung sutra, biasanya bercorak kotak dan dipakai sebagai bawahan baju bodo.

Konon dahulu kala, ada peraturan mengenai pemakaian baju bodo. Masing-masing warna manunjukkan tingkat usia perempuan yang mengenakannya.
1. Warna jingga, dipakai oleh perempuan umur 10 tahun.
2. Warna jingga dan merah darah digunakan oleh perempuan umur 10-14 tahun.
3. Warna merah darah untuk 17-25 tahun.
4. Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun.
5. Warna hijau diperuntukkan bagi puteri bangsawan
6. Warna ungu dipakai oleh para janda.

Selain peraturan pemakaian baju bodo itu, dahulu juga masih sering didapati perempuan Bugis-Makassar yang mengenakan Baju Bodo sebagai pakaian pesta, misalnya pada pesta pernikahan. Akan tetapi saat ini, baju adat ini sudah semakin terkikis oleh perubahan zaman. Baju bodo kini terpinggirkan, digantikan oleh kebaya modern, gaun malam yang katanya modis, atau busana-busana yang lebih simpel dan mengikuti trend.

Walau dengan keterpinggirannya, Baju bodo kini tetap dikenakan oleh mempelai perempuan dalam resepsi pernikahan ataupun akad nikah. Begitu pula untuk passappi’-nya (Pendamping mempelai, biasanya anak-anak). Juga digunakan oleh pagar ayu. (dari berbagai sumber)

Senja di Pantai Losari

17.48 Edit This 0 Comments »

Duduk sendiri menikmati keindahan Losari menjelang senja. Memandang laut lepas yang entah dimana ujungnya. Sebentar lagi matahari di ufuk akan tenggelam dan hari akan berganti malam.Setiap ada waktu senggang sengaja ku pilih tempat ini untuk menghabiskan sore. Tidak ada yang berubah di tempat ini dari tahun ke tahun.Segelas ice cappuccino yang setia menemani. Tidak peduli keadaan sekitar yang ramai. Terkadang senyum senyum sendiri karena membaca email kocak di milis. Hidup ini indah dan berwarna walau tanpa ada yang menemani.Akh....indahnya pantai Losari
Ninja!